I Ketut Cekig

Kak Tut meninggal dunia di tahun 2007 pada usia 75 tahun. Merupakan seorang yang ahli di bidang gamelan puri semar pegulingan, beliau adalah satu-satunya penabuh dan guru yang mampu mengingat dan memainkan gending-gending asli dari Puri Denpasar, puri yang diluluhlantahkan oleh Belanda pada jaman penjajahan tahun 1906. Semangat, kesabaran serta kegemarannya pada gamelan kuno benar-benar dirindukan dan kami berharap pengetahuannya tentang gaya-gaya permainan akan tetap dilestarikan untuk generasi mendatang.

I Nyoman Lontek

Nyoman Lotek mungkin pernah menjadi salah satu anggota grup pelegongan Mekar Bhuana selama kurang lebih satu tahun, bagaimanapun juga dia merupakan salah satu anggota sanggar yang paling tekun. Seorang yang begitu antusias dan disiplin dan diingat karena permainan rindiknya yang cepat, Lontek meninggal dalam usia muda dan ia akan selalu kami rindukan.

 

I Ketut Nagi

I Ketut Nagi atau biasa dipanggil Kak Nagi berdedikasi sebagai sesepuh Mekar Bhuana selama enam tahun. Beliau berasal dari Banjar Singgi, Sanur dan dikenal di lingkungannya sebagai juru gender rambat gaya pelegongan generasi terakihir yang masih mengingat cara bermain dan gaya pelegongan kuno yang diajarkan oleh seorang guru bernama Kecug dari Desa Kelandis pada tahun 1950an. Kak Nagi adalah kakek kandung direktur dan pendiri, Putu Evie, yang akan sangat dirindukan oleh semua tim Mekar Bhuana.

I Wayan Kelo

Aktif mengajar grup pelegongan Mekar Bhuana selama beberapa bulan pada tahun 2002, I Wayan Kelo tidak hanya menjadi maestro dan guru pelegongan namun juga dikenal sebagai komposer. Beliau merupakan salah satu siswa terakhir dari Bapak Lotring dan dengan meninggalnya Bapak Wayan Kelo, Desa Kuta dan segenap pencinta pelegongan kuno merasa kehilangan.