Perangkat Semara Pagulingan Saih Lima kami adalah perangkat Semara Patangian antik kami dengan tambahan terompong, ponggang-kempyung, kangsi dan grantang, dan gender rambat dihilangkan. Alat-alat yang dimilikinya adalah: 1 x terompong dengan 13 pot, 1 x grantang, 2 jegogan, 2 jublag, 1 kempur, 1 klenang, 1 ceng-ceng ricik, 1 kajar, 6 gangsa pemade, 4 gangsa kantilan, 2 gangsa jongkok kantilan , 2 x gumanak, 2 x kangsi, 2 suling penyelah, 2 suling gede, 1 rebab.

Kami menggunakan pemukul jublag yang kepalanya terbuat dari kayu lunak, dibandingkan menggunakan karet dalam gaya modern: hal ini memberikan efek perkusi pada instrumen yang lebih banyak dibandingkan dengan rekaman kuno. Gangsa jongkok kami dan beberapa palu gangsa kami memiliki kepala yang terbuat dari tanduk kambing, yang juga mengubah pertemuan pada bilah perunggu tua, menjadikannya lebih tajam dan jernih.

Pada bulan Februari 2020 kami menambahkan instrumen Semara Pagulingan paling langka yang pernah ada dalam sejarah ke dalam set: gambang bambu dengan 13 bilah dalam dua setengah oktaf dan dimainkan dengan dua palu kayu yang disebut ‘grantang’. Pendiri kami, Vaughan, merekonstruksi instrumen ini berdasarkan foto tahun 1924 dari buku Jaap Kunst ‘De Toonkunst van Bali’ dan kami harus memikirkan cara memainkannya berdasarkan catatan lapangannya. Selain grantang, ketika kita memainkan ansambel ini sebagai Semara Pagulingan kita juga menambahkan kangsi, ponggang-kempyung (deretan empat periuk yang memainkan tanda baca sepanjang gending) serta gumanak.

Hal ini menjadikan set kami sebagai Semara Pagulingan Saih Lima terlengkap di Bali. Kami juga memainkannya dengan gaya kuno yang tidak terpengaruh oleh Gong Kebyar atau akademisi.

Dengarkan perangkat ini di:

Apple Music

iTunes

Spotify

Amazon

Tonton di Kanal YouTube.