Pendiri
Sewaktu belajar gamelan klasik untuk sebuah program beasiswa di Bali, Vaughan Hatch menyadari bahwa pariwisata besar-besaran di Bali berdampak negatif pada kesenian-kesenian tradisionalnya. Sedikit sekali gamelan klasik yang pernah direkam dan banyak gamelan yang tidak dimainkan lagi dan bahkan telah dilebur. Pada tahun 2000, Vaughan berkesempatan untuk membeli sekaligus memugar seperangkat gamelan semar pegulingan yang antik dan sudah tidak dipergunakan lagi dan kemudian memunculkan konsep Mekar Bhuana dengan tujuan melestarikan gamelan klasik yang hampir punah sekaligus melestarikan gending-gendingnya yang begitu beraneka ragam tersebut. Selama sebelas tahun belakangan ini, ia telah meneliti semar pegulingan dan jenis gamelan Bali yang langka lainnya.
Pada tahun 2002 ia bertemu seorang penari Legong sekaligus penyanyi yang berbakat yang sekarang menjadi istrinya, Putu Evie Suyadnyani, yang juga berbagi visi tentang pelestarian dan rekonstruksi. Mereka bersama-sama menggabungkan aspek-aspek gamelan dan tari yang kemudian membentuk Mekar Bhuana di tahun 2004. Sambil menjalankan konservatori serta toko onlinenya, mereka juga bersama-sama bermain selonding bersama grup keluarga mereka di berbagai upacara di Bali.
Tonton profil singkat mengenai salah satu pendiri Mekar Bhuana, Putu Evie Suyadnyani: